BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kota merupakan tempat bagi banyak orang
untuk melakukan berbagai aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan
kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase.
Dengan adanya drainase tersebut genangan air hujan dapat disalurkan sehingga
banjir dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan dampak gangguan kesehatan
pada masyarakat serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu.
Drainase merupakan suatu sistem untuk
menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat
seperti di perkotaan. Drainase juga merupakan salah satu fasilitas dasar yang
dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan
komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas, dimana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air
yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat
yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.
Dari sudut pandang yang lain,
drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat
kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat.
Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan
air (sumber air permukaan dan bawah permkaantanah) dan atau bangunan resapan.
Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan
tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
1.2
Batasan Masalah
Banjir
merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya pada musim hujan,
mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa
ini hampir setiap tahun berulang, namun sampai saat ini belum terselesaikan
bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya,
maupun durasinya.
Jika
dilihat, akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan
penduduk yang sangat cepat akibat urbanisasi (baik migrasi musiman maupun
permanen). Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan
prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan
perkotaan menjadi semrawut. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang
menyebabkan persoalan drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini
barangkali juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah
dan tidak peduli terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kota.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Drainase
Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti
mengeringkan atau mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk
menyatakan sistem-sistem yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan
air, baik diatas maupun dibawah permukaan tanah.
Drainase adalah lengkungan
atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara
alami maupun dibuat oleh manusia.
Drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah
administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk
mengendalikan atau meringankan kelebihan air permukaan didaerah pemukiman yang
berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat
memberikan manfat bagi kehidupan manusia.
Dalam bahasa Indonesia,
drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air
demi pencegahan banjir. Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada
teknik pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut
keterkaitannya dengan aspek kehidupan yang berada di dalam kawasan perkotaan.
Semua hal yang menyangkut kelebihan air yang berada di kawasan
kota sudah pasti dapat menimbulkan permasalahan drainase yang cukup komplek.
Dengan semakin kompleknya permasalahan drainase di perkotaan, maka di dalam
perencanaan dan pembangunan bangunan air untuk drainase perkotaan, keberhasilannya
tergantung pada kemampuan masing-masing perencana. Dengan demikian di dalam
proses pekerjaan memerlukan kerjasama dengan beberapa ahli di bidang lain yang
terkait.
2.2
Fungsi Drainase
Perkotaan Secara Umum
1.
Mengeringkan bagian
wilayah kota dari genangan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.
2.
Mengalirkan air permukaan
ke badan air penerima terdekat secepatnya.
3.
Mengendalikan kelebihan
air permukan yang dapat dimanfaatkan untuk persedian air dan
kehidupan akuatik.
4.
Meresapkan air permukaan
untuk menjaga kelestarian air tanah (konservasi air).
5.
Melindungi sarana dan
prasarana yang sudah terbangun.
2.3
Jenis Drainase
1.
Menurut Sejarah Terbentuknya
Ø
Drainase Alamiah (Natural Drainase)
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan batu/beton, gorong-gorong dan lain-lain. Saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena grafitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai.
Ø
Drainase Buatan (Arficial Drainage)
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan – bangunan khusus seperti selokan pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa-pipa dan sebagainya.
2.
Menurut
Letak Bangunan
Ø
Drainase Permukaan Tanah (Surface Drainage)
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow.
Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open chanel flow.
Ø
Drainase Bawah Permukaan Tanah (Subsurface Drainage)
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
Saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan permukaan melalui media dibawah permukaan tanah (pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan itu antara lain Tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
3.
Menurut Fungsi
Ø
Single Purpose, yaitu saluran yang
berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau
jenis air buangan yang lainnya seperti limbah domestik, air limbah industri dan
lain – lain.
Ø
Multi Purpose, yaitu saluran yang
berfungsi mengalirkan beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun
bergantian.
4.
Menurut Konstruksi
Ø
Saluran Terbuka. Yaitu saluran yang lebih
cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan
yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan
kesehatan/ mengganggu lingkungan.
Ø
Saluran Tertutup, yaitu saluran yang pada
umumnya sering dipakai untuk aliran kotor (air yang mengganggu kesehatan/lingkungan)
atau untuk saluran yang terletak di kota/permukiman.
2.4
Jenis – Jenis
Drainase
1.
Land dan Smoothing
Land grading (mengatur tahap
kemiringan lahan) dan Land smoothing (Penghalusan permukaan lahan) diperlukan
pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis
yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase permukaan
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran
drainase permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%,
dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa
dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu.
Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus
dilakukan secara teliti. ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang
memiliki cekungan merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus
dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah.
Pada
tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui:
a. Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang
dangkal (shallow random field drains)
b. Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet
ditch
c. Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet
ditch)
Outlet
ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm lebih dalam dari
saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall
: jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat
pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus dibuat
pintu air, drop spillway atau pipa
2.
Drainase Acak (Random
Field Drains)
Drainase ini merupakan gambaran yang
menunjukan pengelolaan untuk mengatasi masalah cekungan dan lubang – lubang
tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan
dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar
mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat
beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada
kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan
yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian
cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran
drainase.
3.
Drainase Pararel
(Pararelle Field Drains)
Drainase ini digunakan pada tanah yang
relative datar dengan kemiringan kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase
parallel bisa digunakan. System drainase ini dikenal sebagai system
bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala jarak antara
saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran
drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah
yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang
maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari system
saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase.
Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel.
Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran
paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil
produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan
menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan
kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran
drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan
dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari 200 m. Pada bedding yang lebar,
harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah gambut, saluran
drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah 1 meter. Pada
daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa,
bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim
hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak
saluran paralel, 2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter.
Tanah galian saluran diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan
sebagai jalan yang diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.
4.
Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan
lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya tanpa dilindungi sama
sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup dengan menarik (dengan
traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang pada alat seperti
bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat
mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya untuk memperbesar dan
memperkuat bentuk lubang
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau
perkebunan memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah
pertanian dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :
a. Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman
akan air;
b. Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik
sepanjang tahun;
c. Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
hasil pertanian yang dapat dicapai
melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari segi
teknis, ekonomis maupun sosial.
2.5
Pola Jaringan Drainase
a.
Siku
Dibuat pada daerah yang
mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada sungai. Sungai sebagai
saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.
Pola Jaringan Drainase Siku |
b.
Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.
c.
Grid Iron
Untuk daerah dimana
sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran cabang dikumpulkan
dulu pada saluran pengumpulan.
Pola Jaringan Drainase Grid Iron |
d.
Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar
e.
Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
2.6
Permasalahan
drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang
sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam
perencanaan, antara lain:
1. Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan, disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun pada sampah.
3.
Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran;
5. reklamasi;
6. limbah sampah dan pasang surut.
2.7
Penanganan
drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya
kesadaran membuang sampah;
2. Dibuat bak pengontrol serta
saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang dengan cepat
agar tidak mengendap;
3. pemberian sanksi kepada
siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah sembarangan agar
masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase;
4. Peningkatan daya guna air,
meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn;
5. Mengelola limpasan dengan cara
mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan air hujan maupun
pembuatan fasilitas resapan.
2.8
Bangunan Penunjang
Untuk menjamin berfungsinya
saluran secara baik maka di perlukan bangunan-bangunan pelengkap di
tempat-tempat tertentu. Jenis bangunan pelengkap yang dimaksud meliputi
1. Bangunan silang, misal :
gorong – gorong;
2. Bangunan pemecah energi, misal
: bangunan terjun dan saluran curam;
3. Bangunan pengaman erosi, misal
: ground sill / levelling structure;
4. Bangunan inlet, misal : grill
samping / datar;
5. Bangunan outlet, misal : kolam
lincat air;
6. Bangunan pintu air, misal :
pintu geser, pintu otomatis;
7. Bangunan rumah pompa;
8. Bangunan kolam
tandum/pengumpul;
9. Bangunan lobang kontrol / “man
hole”;
10. Bangunan instalasi pengolah
limbah;
11. Peralatan penunjang, berupa :
AWLR, ORR, Stasiun meterologi, detektor kualitas air;
12. Dan lain sebagainya.
Semua bangunan tersebutdi atas
tidak selalu harus ada pada setiap jaringan drainase. Keberadaannya tergantung
pada kebutuhan setempat yang biasanya di pengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi
lingkungan dan tuntutan akan kesempurnaan jaringannya.
BAB III
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
3.1.
Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3)
merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan,
lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan (Suma’mur, 1988).
Sedangkan definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) menurut falsafah keselamatan kerja dapat diterangnkan sebagai
berikut:
”menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupu rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya”(Dalih, 1982).
”menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupu rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya”(Dalih, 1982).
Perumusan falsafah
ini harus dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari tiap usaha keselamatan kerja karena didalamnya telah tercakup pandangan
serta pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis. Oleh sebab itu
dibuat peraturan-peraturan mengenai
berbagai jenis keselamatan kerja sebagai
berikut:
1.
Keselamatan kerja dalam industri ( industrial safety);
2.
Keselamatan kerja di pertambangan ( mining safety);
3.
Keselamatan
kerja dalam bangunan
( building and
construction safety);
4.
Keselamatan kerja lalu lintas ( traffic safety);
5.
Keselamatan kerja penerbangan (flight safety);
6.
Keselamatan kerja kereta api ( railway safety);
7.
Keselamatan kerja di rumah ( home safety);
8.
Keselamatan kerja di kantor ( office safety).
3.2.
Tujuan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
·
Melindungi
tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional;
·
Menjamin
keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut;
·
Memeliharan
sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien.
3.3.
Pengertian
Kecelakaan
Kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsur kesengajaan) dan tidak
diharapkan karena mengakibatkan kerugian, baik material maupun penderitaan bagi
yang mengalaminya.
3.3.1.
Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
5 K
- Kerusakan;
- Kekacauan Organisasi;
- Keluhan dan Kesedihan;
- Kelaianan dan Cacat;
- Kematian.
3.3.2.
Klasifikasi
Kecelakaan
1. Menurut
jenis kecelakaan
·
Terjatuh;
·
Tertimpa
benda jatuh;
·
Tertumbuk
atau terkena benda;
·
Terjepit
oleh benda;
·
Gerakan
yang melebihi kemampuan;
·
Pengaruh
suhu tinggi;
·
Terkena
sengatan arus listrik;
·
Tersambar
petir;
·
Kontak
dengan bahan-bahan berbahaya.
2. Menurut
sumber atau Penyebab Kecelakaan
·
Dari
mesin;
·
Alat
angkut dan alat angkat;
·
Bahan/zat
erbahaya dan radiasi;
·
Lingkungan
kerja.
3. Menurut
Sifat Luka atau Kelainan
Patah tulang, memar, gegar otak,
luka bakar, keracunan mendadak, akibat cuaca, dsb .
3.3.3. Pencegahan Kecelakaan
Kecelakaan
dapat dihindari dengan:
- Menerapkan peraturan perundangan dengan penuh disiplin;
- Menerapkan standarisasi kerja yang telah digunakan secara resmi;
- Melakukan pengawasan dengan baik;
- Memasang tanda-tanda peringatan;
- Melakukan pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat.
3.3.4. Penanggulangan Kecelakan
- Penanggulangan Kebakaran;
- Penanggulangan Kebakaran akibat Instalasi Listrik dan Petir;
- Penanggulangan Kecelakaan di dalam lift;
- Penanggulangan Kecelakaan terhadap zat berbahaya.
3.4.
Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Dibuatkannya Undang-undang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dalam praktik
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sesuatu yang sangat penting dan harus. Karena hal ini akan menjamin
dilaksanakannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
secara baik dan benar. Kemudian konsep ini berkembang menjadi employers liability yaitu K3 menjadi tanggung jawab pengusaha, buruh/pekerja, dan
masyarakat umum yang berada
di luar lingkungan kerja.
Dalam pasal
86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai
hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta
nilai-nilai agama.
Untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang
dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut
adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang ruang
lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Undang-undang
tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk
tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
Walaupun sudah banyak peraturan yang
diterbitkan, namun pada pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya
karena terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana
yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan
lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan
kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3
agar terjalan dengan baik.
BAB IV
TINJAUAN
DRAINASE PENERAPAN K3
4.1 Dasar Teori
Setiap
pembangunan kontruksi pada gedung maupun jalan raya, semua item pekerjaan yang
dilakukan harus seusai standar, dan memiliki kesehatan dan tingkat keselamatan
kerja. Pekerja haruslah menjamin pertanggung jawaban secara teknis bagi
masyarakat dan pengguna jalan disekitar lokasi. Pada pekerjaan kontruksi kali
ini drainase menjadi pokok pembahasan penerapan k3 yang akan kita bahas.
Ø Data keperluan k3 untuk pekerjaan drainase adalah
:
1. Sarung
tangan proyek;
2. Helm
proyek;
3. Sepatu
safety;
4. Baju
rompi proyek;
5. Papan
peringatan;
6. Peringatan
tanda bahaya.
4.2 Tinjauan Drainase
Konstruksi drainase pada tinjauan ini merupakan tahap
awal pekerjaan drainase yang sebelumnya merupakan danah dasar yang sering digenangi
oleh air pada saat hujan turun, sistem drainase yang digunakan merupakan sistem
drainase terbuka.
Dimensi Drainase |
Ø Kelebihan
1. Drainase
model ini lebih efisien dikarenakan pada bagian atasnya terbuka mempermudah
aliran air yang berada diatasnya untuk masuk;
2. Drainase
model ini dari segi keamanan untuk masyarakat sekitar belum begitu terjamin
keamanannya dikarenakan sistem drainasenya terbuka;
3. Penggunaan
drainase terbuka lebih ekonomis dilihat dari segi pembuatannya.
Ø Kekurangan
1. Drainase
model ini sulit untuk dijamin tingkat kebersihannya pada sewaktu-waktu untuk dikontrol;
2. Drainase
model ini kurang ekonomis;
3. Drainase
model ini harus dibuat banyak bak kontrolnya.
4.3 Kondisi Lapangan
Kondisi
lapangan pembangunan drainase depan Rumah Sakit Cut Mutia Kota Lhokseumawe pada
saat survey dalam masa proses pengerjaan, kondisi lapangan sangat tidak seusai
dengan standar pekerjaan yang seharusnya mereka kerjakan banyaknya kekurangan
dalam penerapan K3.
1. Tidak
adanya papan peringatan yang cukup;
2.
Pekerja tidak memakai helm dan sepatu
safety;
3.
Lokasi kerja tidak menjadi tempat yang
efisien dalam pengerjaan dikarnakan kurangnya penerapan peringatan bagi
pengguna jalan.
4.4 Permasalahan K3 dilapangan dan Solusinya
Hasil
survey lapangan kami peroleh langsung, sangat banyak tingkat permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja
dilapangan, pihak pelaksana tidak menyediakan fasilitas pekerja sesuai dengan
standar dan ketentuan yang berlaku pada K3 pekerja, kurangnya fasilitas K3 pun
pekerja tidak menuntut untuk kesesuaian dalam pekerjaan.
Tanggung jawab secara teknis pada
pihak pelaksana seharusnya dapat diatasi dengan solusinya dan kesesuaian masing-masing
pihak. Dengan menerapkan k3 didalam proses pengerjaan drainase, seperti halnya memberikan
papan peringatan bahwa adanya proses galian yang sedang dilakukan, adanya
penerapan sistem kerja yang terkendali seperti pekerja yang memakai sepatu
safety, helm dan baju pekerja agar pekerja dapat terlindungi keselamatannya.
Dan juga peringatan-peringatan akan adanya bahaya yang harus dihindari pada
saat proses pengerjaan berlangsung.
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil peninjauan dan pengamatan kami di lapangan dapat kami
simpulkan beberapa simpulan yaitu:
1.
Pekerjaan
drainase merupakan pekerjaan yang harus diperhitungkan apabila merencanakan
sebuah proyek jalan apalagi kalau jalan tersebut bila terjadi hujan airnya
tidak dapat mengalir atau tergenang di jalan sehingga jalan menjadi cepat
rusak.
2.
Perencanaan
drainase masih terlihat asal – asalan tidak seperti kebutuhan.
3.
Dalam
pelaksanaannya K3 masih belum di terapkan oleh pihak pelaksana baik itu APD
maupun APK
4.
Prosedur
pelaksaanaannya tidak mengikuti prosedur
yang di terapkan
5.
Sistem
Drainase yang digunakan adalah sistem drainase terbuka.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan berdasarkan peninjauan dilapangan
antara lain :
1.
Sebaiknya pekerjaan
drainase jangan asal dibuat tapi lihat kebutuhannya.
2.
Selama
pekerjaan ini berlangsung pengawas baik dari konsultan pengawas maupun dari
dinas terkait agar selalu hadir ke lapangan karena rawan terjadi kecurangan.
3.
Sebaiknya
penerapan K3 jangan di abaikan karena dapat membahayakan baik bagi para pekerja
maupun kepada pengguna jalan.
If you're trying hard to lose weight then you absolutely need to try this brand new personalized keto meal plan diet.
ReplyDeleteTo produce this keto diet, certified nutritionists, fitness trainers, and top chefs have joined together to develop keto meal plans that are useful, decent, economically-efficient, and enjoyable.
Since their launch in early 2019, thousands of individuals have already remodeled their figure and well-being with the benefits a proper keto meal plan diet can provide.
Speaking of benefits: in this link, you'll discover eight scientifically-certified ones provided by the keto meal plan diet.
terimakasih, semangat terus dalam berkarya
ReplyDelete